Rendahnya Kualitas Mahasiswa Kita


Dulu itu beda dengan sekarang. Itulah mungkin yang bisa digambarkan tentang masalah kualitas mahasiswa saat ini dengan masa dulu. Sepuluh tahun sebelumnya, masiswa banyak memiliki andil dalam masyarakat, mahasiswa mampu memperjuangkan hak-hak rakyat kecil. Saat ini, mahasiswa seperti menjauh dari kehidupan masyarakat, tiap kali mereka melakukan demonstrasi terhadap pemerintahan kita, malah hanya untuk kepentingan kelompoknya saja. Artinya, mahasiswa saat ini semakin menjauh dari suara-suara rakyat kecil. Kemudian muncul pertanyaan kepada para mahasiswa saat ini apakah karena kualitas mahasiswa sekarang itu rendah atau karena mereka memang sudah alergi dengan masyarakat?

Tentu untuk menjawab pertanyaan itu kita butuh mengadakan riset lebih mendalam, yang bisa menyakinkan kita apakah memang masalah kualitas ataukah ada motif lain. Dulu pergerakan mahasiswa banyak dihandalkan masyarakat sebagai penyambung aspirasi kepada para pemimpin di atas. Tapi sekarang para mahasiswa membawa aspirasi sendiri diperjuangkan dengan begitu getirnya, demi tujuan terselubung setelahnya. Latar belakang mahasiswa saat ini melakukan demo dimana-mana, serasa tidak memuaskan masyarakat. Malah, seringkali demo yang gelar mahasiswa dilakukan dengan cara-cara anarkis dengan mengesampingkan ketertiban sosial.


Tentunya, sebuah ironi, jika betul kalau mahasiswa belakang mencerminkan prilaku seperti di atas. Apakah karena didorong ketidak puasan masyarakat terhadap kalangan mahasiswa, masyarakat belakang malah melakukan demo sendiri, tanpa harus melibatkan kaum mahasiswa. Ada yang dari golongan buruh, petani, nelayan dan juga masih banyak kalangan yang kecil yang merasa tidak diperlakukan secara adil oleh para pemimpin-pemimpin melakukan demo di jalan-jalan, tanpa bantuan mahasiswa.

Para pemimpin, yang seharusnya menjadi pelayan, malah mereka makan dengan lahapnya uang dari rakyat. Para pemimpin kita lupa dengan rakyat yang memilihnya. Bagi mereka, setelah memegang kekuasaan itu, mereka yakin sebagai tempat untuk merayakan kemenangan dengan menikmati segala falisitas milik Negara, apapun yang bisa mereka manfaatkan, maka tidak segan-segannya mereka sikat.

Kembali lagi pada masalah rendahnya kualitas mahasiswa kita di Indonesia akhir-akhir ini, haruslah menjadi perhatian serius dari para founding father kita, ataupun para akademisi kita yang memang memiliki kepentingan dengan itu. Bagaimana kemudian jika para mahasiswa sebagai generasi selanjutnya apabila tidak memiliki skill yang cukup? jika mereka suatu waktu memegang tampuk kekuasaan kemampuan apa yang bisa mereka perlihatkan?. Tentu, jika sumber daya manusia mereka rendah maka secara pasti kualitas pemerintahan kemudian yang lahir mutunya juga akan rendah. Karena kualitas pemerintahan itu dilihat dari orang-orang yang mengisi di dalamnya.

Mengapa saya katakan kualitas sumber daya manusia mahasiswa kita rendah. Ada beberapa sudut pandang yang saya pakai. Pertama, kebiasaan mahasiswa sekarang sudah jauh berbeda dengan mahasiswa dahulu. Jika mahasiswa dulu senang diskusi dan membaca buku, maka saat ini bisa kita saksikan kebiasaan membaca pada mahasiswa kita sangat rendah begitu juga ritual diskusi yang dulunya ramai sekarang mulai ditinggalkan. Banyak mahasiswa saat ini hanya disibukkan dengan urusan pribadi, seperti pacaran dan pergi shopping. Pola konsumerisme mahasiswa saat ini sangat nampak, mahasiswa hanya merasa senang jika mereka bisa berjalan berdua dengan pacarnya. Bagaimana kredibilitasnya jika mereka lulus nanti.

Bisakah mahasiswa yang hanya kerjanya pacaran memiliki kualitas yang tinggi, saya pikir tidak. Mahasiswa sebagai tonggak majunya peradaban bangsa, pada saat ini kayaknya opini seperti itu perlu dikaji ulang. Karena apakah pantas jika kualitas mahasiswa yang rendahan itu bisa merubah pekerjaan republik ini yang semakin besar dan rumit. Saya pesimis dengan mahasiswa saat ini. Mahasiswa dulu boleh dibanggakan tapi untuk sekarang saya masih mempertanyakan itu semua.

Kedua, mahasiswa saat ini di dalam kampus hanya diam saja, dia menuruti apa-apa kata dosen, mereka seperti sudah mendewakan dosen dan membebek. Dari sini bisa kita lihat mahasiswa saat ini menjadi manusia yang penurut, tegasnya, tidak kritis, mereka tidak mencoba melakukan otokritik terhadap pemikiran dosen di kelas. Padahal, mahasiswa zaman dulu masih mempertanyakan dan mendiskusikan secara mendalam sehingga keilmuan yang mereka dapat benar-benar matang. Saat ini, mahasiswa tidak punya ketertarikan untuk menggali lebih jauh dan mendalam.

Mahasiswa saat ini benar-benar tidak kritis dan menjadi manusia yang penurut. Saya sebagai mahasiswa serasa suntuk dengan pemandangan seperti ini. Terkadang, saya jumud di kelas bukannya saya menyombongkan diri, tapi kampus yang dulu aku bayangkan adalah penuh dengan mahasiswa kritis dan berilmu pengetahuan tinggi, dengan bermacam latar belakang, apalagi jogja, yang kata kebanyakan orang orang menilai kota pelajar dan penuh orang genius. Tapi nyatanya? apakah memang mahasiswa jaman sekarang sudah berbeda dengan mahasiswa zaman dulu, yang pernah saya dengar dari cerita-cerita alumnus kampus di Yogyakarta.

Tapi di saat saya sendiri berpikir, terkadang, saya kekampus untuk mencari hiburan, saya bisa berteman dengan banyak mahasiswa dan saling bercanda. Meskipun saya sendiri tidak banyak mendapatkan keilmuan seperti yang saya harapkah dahulu, tapi tak apalah saya harus sadar bahwa kampus bisa memberikan saya kebahagiaan.

Gambaran lain dari rendahnya kualitas mahasiswa kita saat ini adalah budaya memiliki buku yang sangat rendah. Dulu waktu saya masih belum menjadi mahasiswa, ketika berkunjung ketempat tinggal mahasiswa, seperti kos-kosan, saya terkagum-kagum begitu melihat mahasiswa memiliki buku yang banyak. Dari situ saya berpikir, ketika mahasiswa memiliki buku yang banyak secara tidak langsung keilmuan dan kebiasaan membaca pastilah sangat besar. Karena dengan buku yang dia miliki, tentu ini mencerminkan kecintaan mahasiswa dalam tradisi membaca.

Dari situlah, bisa kita tangkap mengapa diskusi di zaman dulu sangat diminati, karena mereka suka membaca dengan kuatnya tradisi mempelajari ilmu pengetahuan. Sehingga sepertinya mahasiswa saat itu sudah memiliki persiapa sendiri-sendiri dengan apa yang akan mereka bahas dalam diskusi.

Dalam beberapa pengamatan saya, selama mengikuti diskusi beberapa tahun terakhir, biasanya para peserta hanya mendengarkan dari pembicara, mereka tidak mempersiapkan pemahaman terlebih dahulu dengan apa yang akan mereka bahas. Sepertinya mahasiswa saat ini bisa di bilang sangat gemar menyimak perkataan orang lain, tapi tidak berusaha mencarinya sendiri dari buku-buku dan literatur. Tidak bisa dihindarkan lagi, diskusi yang terjalin kemudian berjalan satu arah. Para peserta hanya bertanya pada satu objek yaitu pemateri, karena mereka belum memiliki ilmu pengetahuan pada topik yang dibahas. Kenyataan seperti ini tidak akan terjadi jika para peserta diskusi mempersiapkan sebelumnya apa-apa yang akan menjadi pembahasan.

Maka, mungkinkah rendahnya kualitas mahasiswa saat ini bisa kita jawab di masa mendatang ataukah memang mahasiswa berjalan menjadi mundur? Semoga tidak!

Komentar

Anonim mengatakan…
Mahasiswa generasi 12 san selanjutnya mesti menyadari ini . .
like this..
M Nurul Ikhsan Saleh mengatakan…
Semua generasi baru, kali ya!

Postingan Populer