Pengalaman Menjadi Pengajar Muda V Majene

Roadshow Indonesia Mengajar di UIN Sunan Kalijaga
Gerakan Indonesia Mengajar (IM) kembali membuka pendaftaran Pengajar Muda (PM) angkatan XI selama satu bulan setengah, tanggal 15 April – 31 Mei 2015. Lima puluh dua PM yang terpilih pada angkatan XI akan menjadi istimewa dan akan kembali memulai babak baru. Kenapa demikian? Karena beberapa lokasi penempatan PM sudah melewati tahun kelima, dimana setelah tahun kelima lokasi yang ditempati PM baru nantinya akan berpindah tempat. Tentu saja kategori tempatnya pastilah mirip, di pelosok dan membutuhkan guru. Meskipun budaya dan kondisi geografisnya tentu tidak akan sama. Untuk itu, pada tulisan ini saya akan menceritakan pengalaman saya selama bertugas satu tahun di Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi Barat sebagai gambaran menjadi PM. 

Sebelumnya saya akan menceritakan bagaimana perjalanan untuk yang pertama kalinya saya mengenal IM. Di saat saya kuliah semester lima di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, saya mendapatkan kabar dari teman di organisasi Peace Generation Yogyakarta (Pisgen) bahwa akan ada Roadshow seputar IM di University Club, Universitas Gajah Mada (UGM). Informasi pertama yang saya tahu saat itu, bahwa IM adalah sebuah gerakan non pemerintah yang konsen di bidang pendidikan dengan mengirimkan sarjana muda ke pelosok negeri untuk menjadi guru di sekolah dasar selama satu tahun. Kebetulan saat itu ada salah satu teman saya di organisasi Pisgen yang diterima menjadi PM angkatan pertama yang bertugas di Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. 

Saat mengikuti Roadshow IM di UGM tersebut, saya mendengarkan dengan seksama apa yang dijelaskan oleh Anies Bawsedan yang saat itu selaku pendiri IM sekaligus sebagai Rektor Universitas Paramadina, Jakarta. Saat pendiri IM menjelaskan seputar fenomena pendidikan Indonesia dan perihal IM, saya sangat tertarik untuk ikut bergabung dengan gerakan ini dan bertekat untuk mendaftar diri jika sudah menyelesaikan sarjana strata satu. Saya mencatat dengan baik materi yang dijelaskan dalam acara tersebut. Sehabis pulang dari acara, saya langsung menuliskan pada blog saya tentang gerakan ini. Saya sangat senang sekali, karena waktu itu, tulisan yang saya muat di blog Beswan Djarum mendapat komentar dari Anies Baswedan langsung.

Waktu pun terus berjalan hingga akhirnya saya menyelesaikan kuliah dengan menyandang predikat Sarjana Pendidikan Islam. Saya pun langsung mendaftarkan diri pada bulan April 2012 lewat website IM dan mengisi semua form dengan serius, bahkan saya menyelesaikan pengisian form tersebut sampai berhari-hari untuk memastikan bahwa jawaban yang saya buat baik dan sesuai dengan harapan. Berselang beberapa bulan kemudian saya pun mendapat panggilan untuk mengikuti Direct Assesment karena lolos tahap pertama. Terus saya sangat bersyukur karena kembali lolos di tahap kedua dan harus mengikuti Medical Cek Up, begitupun dengan tahapan ketiga, saya lolos dan berhak mengikuti Pelatihan Intensive Calon Pengajar Muda V selama dua bulan sebelum ditugaskan. 

Jika ditanya apa sebenarnya yang menjadi alasan saya pertama kali ikut bergabung dengan gerakan IM, ada tiga kata penting yang menjadi alasan saya, yaitu untuk mengabdi, berbagi dan menginspirasi. Tiga kata ini menjadi poin penting yang juga menjadi ruh dalam proses saya bergabung dengan gerakan ini. Lewat kata-kata ajaib ini pula, akhirnya saya bisa bertemu dengan tokoh-tokoh hebat Indonesia, seperti wakil presiden kesebelas, Buediono, wakil presiden sekarang, Yusuf Kalla, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan dan lain-lain termasuk bupati di Majene saat itu, Kalma Katta. Lebih-lebih saya juga mengenal PM V dalam satu angkatan yang seluruhnya berjumlah 51 dengan berbagai macam latar belakang pendidikan, daerah asal dan ilmu pengetahun yang dimiliki. Selama pelatihan berlangsung, saya bersama PM lain, dilatih seputar kepengajaran, dan kepemimpinan oleh Kopassus dan Wanadri. Selanjutnya, saya akan lebih fokus mengaitkan tiga kata ajaib tersebut kaitannya dengan perjalanan saya menjadi PM angkatan V.

Mengabdi; kepada Tuhan, Negara dan Orang Tua 
Saya memilih kata mengabdi, setidaknya saya akan mengatakan bahwa lewat gerakan ini saya telah mengikuti perintah Tuhan untuk berbuat baik kepada orang lain. Bukankah sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain, atau jika dikaitkan dengan bahasa keagamaan, bahwa berbuat satu kebaikan maka kita akan mendapatkan pahala. Selanjutnya lewat pengabdian ini pula saya merasa bahwa langkah yang saya ambil adalah bagian dari pengabdian saya untuk negara Indonesia, yaitu dalam usaha ikut mencerdaskan kehidupan bangsa. Seperti juga dikatakan oleh pendiri IM bahwa mendidik adalah tugas semua orang terdidik. Hal lain yang berkaitan dengan proses pengabdian ini adalah untuk membahagiakan orang tua. Saya sadar bahwa orang tua saya telah mendidik dan menyekolahkan saya, maka saya pun ingin agar ilmu yang saya dapatkan bisa bermanfaat terhadap orang lain. Dan bersyukur sekali orang tua sangat mendukung dan bahagia dengan pilihan saya menjadi PM meski harus jauh dari keluarga. 

Saya jadi teringat apa yang dikatakan Zawawi Imron, Sastrawan asal Madura, “Kita lahir di Indonesia, minum airnya menjadi darah kami, makan beras dan buah-buahan di Indonesia menjadi daging kami, kami menghirup udara Indonesia, menjadi nafas kami, kami bersyujud di atas bumi Indonesia, bumi Indonesia adalah sajadah kami, bila tiba saatnya kami mati, kami akan tidur dalam pelukan bumi Indonesia, karena itu berikanlah kepada kami rasa cinta kepada tanah air, jadikan bumi Indonesia menjadi tempat kami menebar senyum, kasih sayang, jadikanlah bumi Indonesia menjadi ladang kami untuk menebar kebaikan sehingga masyarakat adil dan makmur untuk anak cucu kami yang akan datang”. Salah satu tokoh penting lain, mantan presiden Amerika Serikat, John F Kennedy mengatakan, “Jangan tanyakan apa yang negara berikan kepadamu, tapi tanyakan apa yang kamu berikan kepada negaramu!”

Berbagi; lewat Kurikuler, Ekstrakurikuler, Pembelajaran Masyarakat dan Pelibatan Daerah
Saat di penempatan saya berbagi lewat pembelajaran kurikuler di sekolah. Pada semester pertama saya bertugas menjadi guru kelas VI di SDN 30 Inpres Ulidang dan pada semester kedua menjadi guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dari kelas empat sampai kelas enam. Pada kegiatan ekstrakurikuler saya terlibat dalam kegiatan pramuka, mengajar tambahan mata pelajaran Matematika dan Bahasa Inggris di luar kelas. Selanjutnya dalam pembelajaran masyarakat saya menfasilitasi kegiatan Kelompok Belajar Indonesia Mengajar (KBIM), kegiatan ini juga dilakukan oleh teman-teman PM lain dalam satu kelompok. Selanjutnya, kegiatan berbagi lain adalah pelibatan daerah. Saya bersama teman satu kelompok menjadi fasilitator dalam pembentukan Kelas Inspirasi yang diikuti oleh jajaran di pemerintahan daerah Majane, dan gerakan Penyala Makassar, dimana gerakan ini terdiri dari pemuda-pemuda di Makassar yang kemudian mengumpulkan buku dan menyebarkan ke sekolah-sekolah dasar di pedalaman. 

Menginspirasi; bersama dengan Siswa, Pemuda, Guru, Masyarakat dan Pemda
Kedatangan saya bersama dengan pengajar muda yang lain, selain mengajar juga menginspirasi, baik menginspirasi yang kemudian melibatkan peran serta siswa, pemuda, guru, masyarakat dan pemerintah daerah. Saya akan memberikan salah satu contoh, dia adalah Iswan, seorang guru cilik yang membantu pengajar muda dalam mengajar adik kelasnya pada kegiatan KBIM. Dia memiliki prestasi dan jiwa kepemimpinan yang baik, PM pun menfasilitasi agar dia mengikuti seleksi kegiatan SabangMerauke di Jakarta. Setelah melalui proses seleksi berkas dan wawancara, akhirnya Iswan lolos untuk mengikuti kegiatan selama dua minggu. Sepulang dari Jakarta, teman-teman Iswan terdorong untuk berprestasi dan mengikuti jejaknya. Saya dan PM lain juga bekerja sama dengan pemerintah daerah menggerakkan para ketua osis SMA se-Majene untuk penyebarankan semangat di sekolah masing-masing. Sedangkan dalam kegiatan kemasyarakatan, kami mendorong para orang tua juga peduli terhadap pendidikan anak-anaknya dengan cara mengajarkan ilmunya, salah satu contohnya menghidupkan TPA. Selain itu, kami juga mengajak guru melatih guru yang lain dalam pelatihan alat peraga. Terus bekerja sama dengan Pemda melaksanakan wisata kebudayaan Mandar. 

Terakhir, saya ingin mengucapkan terimakasih banyak kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan Lembaga Pers Mahasiswa Paradigma, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang telah menfasilitasi dan dengan suka rela memberikan sumbangan pikiran dan tenaga untuk menyukseskan Roadshow Gerakan Indonesia Mengajar begitupun dengan semua teman-teman yang telah hadir. Semoga semangat kita akan terus membara dalam usaha memajukan pendidikan Indonesia. 

Komentar

Ratna mengatakan…
Whoaa finally I found your blog Mas Nurul. It is so inspiring!!!
M Nurul Ikhsan Saleh mengatakan…
Thanks Ratna for your appreciation. I hope you enjoy to read my article in this blog.
Unknown mengatakan…
Hi , kak Nurul Ihsan. Saya Mithra dan saya mau bertanya jika kita terpilih sebagai pengajar muda, apakah kita yg menentukan mata pelajaran yg diajarkan atau sesuai ketentuan dari pihak IM itu sendiri. Terimakasih :)
M Nurul Ikhsan Saleh mengatakan…
Hi Mitha. Tergantung kamu dan pihak sekolah yang menjadi tempat mengajar. Bisa kamu memilih atau bisa juga sekolah yang menentukan. Hal itu bisa biasanya dimusyawarahkan di awal-awal pertemua, dalam rangka mencari yang terbaik sesuai keadaan di sekolah.
Anis Nisa Nasution mengatakan…
Hi ka Nurul Ikhsan. Saya Anis mau manyak nih, ketika udah lolos jadi PM dan di sebar ke lokasi penempatan itu secara kelompok atau individu kk?
M Nurul Ikhsan Saleh mengatakan…
Hi Anis. Nantinya akan disebar berkelompok di satu kabupaten. Akan tetapi setiap satu pengajar muda akan bertugas di sekolah yang berbeda-beda. Semisal di Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, ada 8 pengajar muda, nah kesemuanya terbagi dalam 4 kecamatan, 8 sekolah.

Postingan Populer