Inspirasi dari Buku Heresy and Politics Karya Najib Burhani

Gambar: Buku Heresy and Politics Karya Najib Burhani

Saya senang menikmati beberapa catatan pada dinding FB mas Wahyudi Akmaliah, hingga pada salah satu postingannya saya menemukan poster acara dengan narasumber Najib Burhani. Saya pun menyempatkan berkunjung ke FB Najib Burhani dan membaca artikel-artikel pada link-link yang diposting. Dalam dua minggu terakhir saya memutuskan membeli karyanya sekaligus juga buku-buku lain yang ditulis oleh Gus Dur, Syafii Maarif, Quraish Shihab, Azyumardi Azra, dan Nurcholish Madjid. Tak ketinggalan saya memesan karya Amin Abdullah, tapi stoknya lagi kosong. Lain kali juga ingin membeli buku yang ditulis Nadirsyah Hosen.

 

Dari beberapa deret buku tersebut, karya Najib Burhani, Heresy and Politics adalah buku pertama yang saya baca sampai selesai. Buku ini menarik dan sangat recommended untuk dibaca, meskipun sebenarnya mayoritas tulisan dalam buku tersebut sudah diterbitkan sebelumnya, semisal pada koran The Jakarta Post. Saya melihat lay out bukunya sangat rapi dan gaya tulisan dalam buku ini mengalir. Saya menangkap bahwa tulisannya sangat kritis dan mendalam. Penulis pun dalam buku ini juga bertekad, meskipun telah menimba ilmu di dunia Barat, tapi juga harus siap dan tidak segan untuk mengkritik tulisan-tulisan dari penulis Barat. Dalam buku ini juga tersaji dimana penulis 'menyanggah' artikel dari Luthfi Assyaukanie.

 

Lebih dari itu, meskipun Najib Burhani sebagai orang dalam di organisasi Muhammadiyah, ia tetap kritis terhadap organisasi ini dan menyajikan kelebihan dari organisasi Nahdlatul Ulama, terutama lewat pemikiran Gus Dur. Tentu saja penulis sangat tampak dalam buku ini dimana ia ada dalam golongan penulis yang moderat dan atau 'liberal' (berpikir bebas) seperti halnya Syafii Ma'arif, Amin Abdullah, Abdul Munir Mulkhan dan Zuly Qodir. Ini yang membuat saya tertarik membacanya dimana menurut saya mereka ini selalu mengarusutamakan nilai-nilai HAM, 'menemani minoritas' dan inklusif. Saya sepakat dengan apa yang dikatakan oleh Mitsuo Nakamura dalam buku ini, bahwa Najib Burhaniadalah 'precious gift' bagi organisasi Muhammadiyah. 

 

Di balik kelebihannya, buku ini masih memiliki sedikit ‘ganjalan’ tentunya. Ada pengulangan pada penyebutan kasus-kasus pada artikel yang satu dengan artikel yang lainnya, semisal seputar kasus Ahmadiyah. Catatan kaki di Introduction masih ditulis dalam bahasa Indonesia, padahal dalam artikel lain yang semula berbahasa Indonesia, kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris. Sehingga baiknya ada konsistensi. Saya juga tiba-tiba menemukan penyebutan Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah pada tulisan yang diterjemahkan oleh Dina Afrianty, padahal pada penyajian tulisan-tulisan sebelumnya cukup dengan menuliskan dalam bahasa Inggris, atau dengan singkatan JIMM.

 

Tidak kalah penting, setelah saya baca buku ini, ada empat wawasan bernilai yang ingin saya sampaikan. Pertama, menjadi orang Indonesia harus menghormati kelompok/orang yang lemah. Kedua, menjadi orang Indonesia butuh memiliki critical thinking dan pemahaman yang mendalam, seperti halnya memahami ayat Alquran, tidak cukup hanya dipahami dari arti bahasanya saja, tapi juga harus memahami konteks dan latar belakang turunnya ayat. Ketiga, menjadi orang Indonesia yang aktif dalam satu organisasi tertentu juga harus bisa mengapresiasi prestasi oraganisasi lain. Keempat, masyarakat Islam di Indonesia yang menjunjung tinggi moderasi harus dijunjung tinggi, bukan malah mendukung organisasi keislaman yang berbasiskan pada kekerasan.

 

Demikian. Terima kasih. Semoga ada hikmahnya.

 

Komentar

Postingan Populer