Krisis Guru Profesional


Membincang persoalan profesionalisme guru di negeri ini, menarik untuk kita angkat kembali, ditengah semakin tingginya kebutuhan akan guru yang profesional dalam era yang serba pesat perkembangan ilmu pengatahuan. Guru sebagai harapan utama dalam kesuksesan proses pendidikan di sekolah dalam mendidik peserta didik sangatlah menempati posisi penting. Sehingga ketika tuntutan akan profesionalisme guru semakin gencar, ini menjadi wajar, untuk mendapat perhatian yang serius baik bagi para pemegang kebijakan disekolah ataupun dalam pemerintahan.

Di sini, ketika guru dijadikan sebagai tonggak utama atas semua proses pembelajaran di sekolah adalah sebagai hal yang sangat prinsipil untuk kita perhatikan karena dialah yang menjadi harapan akan keefektifan proses pembelajaran. Maka dari itu, guru dituntut untuk selalu memperbaharui pengetahuan yang dia miliki, karena pengetahuan yang dimiliki di masa lalu tentu tidaklah semuanya relevan dengan zaman sekarang. Perubahan zaman telah merubahan berbagai kemajuan di berbagai sekor, baik perkembangan dalam bidang informasi, telekomunikasi, dan transportasi yang membuat wajah dunia semakin tampak berbeda dengan waktu yang singkat.

Keinginan masyarakat akan profesionalisme guru bukannya tidak beralasan, sebab, orang tua sendiri punya harapan besar terhadap anak-anak mereka agar kelak menjadi orang yang siap menghadapi realias kehidupan, mempunyai kualitas mengetahuan yang unggul untuk mengatasi segala kebutuhan di masa depan. Mereka berkeyakinan bahwa pendidikan di lembaga persekolahanlah yang memiliki peran dalam prospek anak-anak mereka setelah mereka lulus di kemudian hari.

Dari fenomena di atas, ditengah semakin besarnya desakan dari berbagai kalangan masyarakat akan profesionalisme guru, maka sepatutnyalah kita harus kembali memikirkan bagaimana langkah selanjutnya yang harus kita tempuh dalam merespon hal tersebut. Selama ini, profesionalisme guru seringkali dipertanyakan banyak kalangan. Diantara yang menjadi sorotan adalah rendahnya backgroud pendidikan yang sandang para guru. Banyak guru yang mengajar hanya dengan memegang ijazah lulusan SMA, padahal jika kita mengaca pada sekolah-sekolah maju di luar negari, setidaknya guru-guru disana untuk mengajar pendidikan dasar saja, harus dari lulusan perguruan tinggi (S1).

Di samping itu, rendahnya minat untuk meningkatkan kualitas sumber daya guru yang dimiliki. Banyak guru beranggapan ilmu yang telah mereka miliki sudah cukup dan bahkan tidak perlu lagi belajar. Padahal, ketika pola pikir ini dipakai oleh mereka, maka mereka akan cenderung malas-malasan untuk belajar kembali apalagi untuk meneliti agar semakin berkembang ilmu pengetahuan yang mereka miliki. Tidak jarang dari mereka yang memberikan pengajaran di kelas diadopsi dari keilmuan berpuluh-puluh tahun tanpa dilakukan perbaikan sedikitpun.
Ketika pola pikir para guru tersebut masih seperti itu, maka akan sulit mengaharapkan pendidikan kita akan semakin maju apalagi akan bersaing dengan sekolah-sekolah di luar, akan sangat mustahil di realisasikan. Untuk itu, saat inilah kita perlu mengoreksi semua kinerja yang telah kita pergunakan dalam proses pendidikan di persekolahan, agar kita bisa menaruh harapan di kemudian hari dari proses pendidikan yang semakin berkualitas dan ini akan berimbas pada peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Ada beberapa cara yang dapat kita tempuh dalam mereformasi sistem pendidikan di sekolah, khususnya masalah profesionalisme guru; yang dengan beberapa poin ini kita bisa pergunakan sebagai langkah-langkah strategis yang dapat kita terapkan. Pertama, yaitu peningkatan kualitas sumber daya guru dengan cara memberikan kebijakan standar minimal lulusan para guru di sekolah. Jadi para guru yang sudah mengajar jika masih hanya mengantongi gelar pendidikan dasar sampai menengah, harus di lanjutkan minimal lulus perguruan tinggi atau sarjana stratas S1.

Ketika tingkat pendidikan mereka sudah tidak diragukan lagi, maka kemungkinan besar keilmuan yang mereka miliki akan bertambah dan bisa beradaptasi dengan keilmuan termutakhir. Dengan juga memahami bagaimana seharusnya menjadi guru profesional. Meskipun langkah ini cukup sulit kita laksanakan tapi langkah ini sebagai langkah yang sangat logis jika memang kita punya komitmen untuk meningkatkan kualitas guru disekolah. Karena hal ini juga yang akan berimplikasi pada guru-guru masa depan yang akan melanjutkan pendidikan sampai perguruan tinggi.

Langkah ini harus juga didukung oleh pemerintah baik pemerintah pusat ataupun daerah untuk meningkat anggaran untuk pendidikan yang nantinya juga di alokasikan untuk peningkatan guru. Karena saya yakin ketika guru-guru di Indonesia sudah profesional pastilah sangat besar implikasi yang akan kita rasakan kemudian. Mereka akan sangat tahu bagaimana mereka mendidik dengan baik, dan menggunakan metode bagi peserta didik agar kemudian peserta didik memahami secara mendalam materi yang telah di sampaikan dikelas. Tentu, ini akan sangat dipengaruhi oleh bagaimana para guru memberikan penjelasan dalam kelas. Pengaruh guru sangat besar terhadap pola pikir anak dan juga prilaku mereka, karena seorang siswa cenderung akan selalu mengikuti perkataan guru dan juga prilaku yang mereka perlihatkan.

Kedua, seorang guru sudah seharusnya tidak lagi berpikiran, bahwa dialah orang yang paling tahu di kelas, sehingga cenderung memakasakan materi sesuai dengan pemahaman mereka. Guru seperti ini biasanya tidak memberikan ruang bagi anak didik untuk berkomentar. Bisa diistilahkan, gurulah maha tahu, sedang siswa harus mengetahui. Di sini seorang siswa diposisikan seperti tong kosong yang harus selalu diisi dan tuangi, tidak peduli apakah sebenarnya pengetahuan yang telah mereka berikan benar atau salah. Dia hanya berkipikir dialah orang paling berkuasa dalam penentuan ilmu pengetahuan ketika mengajar di kelas. Para siswa tidak diperbolehkan mendebat ataupun memberikan sanggahan terhadap guru tersebut.

Sangat ironis, melihat realistas guru yang demikian, karena ini berimplikasi pada pengungkungan pola pikir anak didik, padahal seorang siswa juga bisa memberikan pendapat sesuai pemahaman yang telah mereka pelajari di luar kelas. Hakekatnya, proses pembelaran di kelas haruslah dikaitkan dengan pengetahuan siswa yang telah mereka dapatkan sebelumnya atau anak didik pelajari dari buku, dan dari orang lain di luar sekolah. Banyak anak didik yang pintar, tapi ketika berhadapan dengan guru yang tidak aprisiatif maka cenderung akan mati kreatifitas yang dimiliki.

Akhir-akhir ini, dengan di canangkannya program sertifikasi guru, tentunya memberikan angin segar bagi para guru secara luas untuk meningkatkan kualitas yang dimiliki. Guru yang produktif juga akan mendapatkan reward, yaitu pengahargaan, dan bagi mereka guru yang malas-malasan dan tidak ada niatan untuk meningkatkan kualitas keilmuannya, maka mereka akan mendapatkan panishment, hukuman. Tapi di samping niat baik pemerintah, hal ini juga harus bersinergi dengan semangat para guru untuk meningkatkan kualitas keilmuan mereka, karena ketika mereka tidak memiliki kometmen terhadapnya, maka percumalah usaha dari pemerintah.

Komentar

Postingan Populer