Kraton; Sarana Inspirasi Problematika Bangsa
Dalam kehidupan berbangsa, sebuah masyarakat yang
beradap tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai budaya dan sejarah masa
lampaunya. Karena tanpa melibatkan dua hal tersebut, suatu bangsa akan
kehilangan identitas dan jati diri sebagai bangsa. Bila bangsa kehilangan
identitas dan itu terus dibiarkan, bukan tidak mungkin pada gilirannya bangsa
itu akan hilang, bahkan musnah. Kita tidak menginginkan hal yang sangat
mengerikan ini terjadi.
Kita bersama dapat
merasakan kenyataan yang sedang terjadi saat ini. Akhir-akhir ini kita rasakan
kesedihan, manakala bangsa ini perlahan mulai meninggalkan nilai-nilai budaya
dan sejarah masa lalu. Bangsa ini seperti kehilangan jati diri sehingga jauh
dari kekuatan spritual yang pernah dimiliki oleh generasi masa lampau.
Bangsa ini seperti lupa
bahwa sumber budaya merupakan cikal bakal berdirinya Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Sejarah telah mencatat bahwa ketika bangsa ini melakukan
perlawanan terhadap penjajah, sumber budaya itu menjadi mata air inspirasi yang
tak pernah kering bagi perjuangan dan perlawanan terhadap penjajah.
Saat ini kita seperti
bangsa yang lupa dan hilang percaya. Rentetan krisis multidimensi yang mengoyak
tatanan sosial bermasyarakat telah menyebabkan bangsa ini kehilangan
kebudayaannya. Merebaknya krisis kepercayaan terhadap pemerintah dan sesama
masyarakat adalah satu contoh. Beberapa kejadian krusial, seperti teror dan
kerusuhan, yang melanda Indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini,
merupakan satu gambaran muram wajah identitas bangsa sebagai bangsa yang
beradab.
Pengalaman pahit kita dalam
bernegara adalah adanya perubahan yang menjurus pada kebablasan. Di era Orde
Baru banyak oknum yang kebablasan menggunakan kekuasaan melebihi kewenangannya.
Kini di era kebebasan demokrasi, banyak orang yang memanfaatkan kewenangan
untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya. Bahkan ekspresi kebebasan yang
begitu bebas, sebebas-bebasnya, dalam mengemukakan pendapat atau melakukan
tindakan, tak jarang telah menjurus pada anarkisme. Hal seperti ini yang
kemudian oleh banyak pihak disebut sebagai demokrasi yang kebablasan.
Kehidupan berbangsa kita
pun didera krisis. Suasana berbangsa yang diwarnai hiruk-pikuk konflik
kepentingan politik dan arus jaman yang berubah sangat cepat telah mengikis
sendi-sendi berbudaya bangsa kita. Karakter budaya bangsa menjadi rapuh
sehingga bangsa ini menjadi terlena dan lupa akan keberadaan budayanya sendiri.
Pada gilirannya, keterlenaan tersebut memicu ketidakjujuran pada diri sendiri.
Semua itu menjadi sumber dari kegagapan kita memaknai kebebasan. Akibatnya,
selama ini kita salah dalam memahami arti kebebasan berdemokrasi. Hal itu pada
akhirnya dapat mencemari mental dan moral bangsa seperti keutuhan NKRI.
Sejauh ini kebebasan
berdemokrasi yang kita praktikkan memang masih berada di jalan yang mendaki.
Kita hendak meninggalkan kekangan otoritarianisme jaman Orde Baru, namun eforia
demokrasi membuat kita menggapai segala rupa kebebasan tanpa kesadaran
bernegara dan kesantunan berbangsa. Reformasi menjadi ironi, kekangan lama yang
mau kita tinggalkan justru menjerumuskan kita ke dalam kekangan baru berwujud
‘kebebasan yang kebablasan’. Negara bangsa ini kehilangan sendi-sendi perekat
sosial di antara sesama warga.
Kraton sebagai
inspirasi budaya
Bangsa ini memiliki tradisi
kraton dengan warisan budaya yang sangat mengakar di tengah masyarakat. Namun,
peranan kraton sebagai pusat inspirasi sumber budaya dan alat perekat bangsa
nyaris telah terlupakan. Upaya untuk memunculkan kembali kebangkitan
kraton-kraton di Indonesia bukan dimaksudkan sebagai gerakan neo feodalisme, tetapi sebagai bentuk
pelestarian budaya. Bentuk ‘pelestarian budaya’ tersebut diartikan sebagai
usaha menjadikan kraton ‘pusat pengembangan budaya’. Dengan demikian, kraton
bisa menjadi simbol budaya bagi masyarakat setempat.
Kraton bukanlah institusi
politik atau sosial. Melainkan, simbol budaya dan pengemban misi kebudayaan.
Kraton sebagai simbol budaya berarti menghadirkan fungsi kekratonan untuk
mengemban tugas kebudayaan, yaitu merawat tradisi dan melestarikan adat
kebudayaan setempat. Institusi kraton menjadi perekat tradisi dan penjaga
warisan budaya yang harus tetap lestari.
Oleh karena itu, kerajaan
atau kesultanan sebagai ‘pemangku adat’ bisa berperan sebagai berikut: Pertama, pengayom masyarakat yang
menghormati tata cara adat. Kraton diharapkan mengayomi masyarakat segala
lapisan dan golongan yang majemuk melalui pendekatan kebudayaan. Budaya dan
tata cara adat kraton menjadi model untuk pengembangan kebudayaan dan adat
istiadat masyarakat lokal setempat.
Sementara itu, model budaya
kraton tetap memberi ruang kreatif bagi berkembangnya aneka kebudayaan lain,
sehingga akan berkembang pluralisme budaya yang konstruktif. Dengan demikian,
kraton bisa mengayomi semua elemen masyarakat dengan tetap menghormati tata
cara budaya dan adat istiadat mereka.
Kedua, panutan yang santun. Kraton dengan segala atribut
kekratonan dan unsur person di
dalamnya (raja dan segenap petinggi kraton) harus mampu menjadi panutan yang
santun bagi kehidupan masyarakat. Kraton dengan sosok raja atau sultan memang
figur pemimpin rakyat yang sepatutnya dihormati. Namun demikian, penghormatan
itu jangan merupakan bentuk feodalisme pengkultusan individu. Raja atau sultan
dihormati karena karisma kepemimpinan yang bijak dan keteladanan yang pantas
dipanuti rakyat atau masyarakatnya. Saat raja tampil menjadi panutan yang
santun, serentak ia menjadi referensi keteladanan warganya.
Ketiga, pemersatu lingkungan. Kraton selain sebagai simbol
budaya dan pengemban misi kebudayaan juga adalah pemersatu wilayah dan
lingkungan. Masyarakat di sekitar lingkungan kraton biasanya memiliki ikatan
kekerabatan yang kuat dan saling menjaga kesatuan kelompok masyarakatnya.
Tradisi ini baik untuk dikembangkan bagi lingkungan masyarakat modern yang
banyak apatis terhadap lingkungannya. Kraton bisa menjadi simbol pemersatu
masyarakat dan lingkungannya sehingga membangkitkan sikap peduli dan ramah
terhadap lingkungan.
Kelima, perekat bangsa. Selain berperan dalam lingkup
masyarakat setempat, kraton sebagai simbol budaya dan pengemban misi kebudayaan
sangat bisa berimbas peran dalam skala nasional. Dalam lingkup bangsa, kraton
bisa menjadi perekat bangsa. Hal ini disebabkan potensialitas kraton merupakan
wasiat warisan leluhur dimana kraton-kraton di masa lalu adalah kraton yang
merekatkan, menyatukan, dan mengayomi rakyatnya.
Komentar