Komitmen Berkontribusi (3) Penilaian Diri

Gambar: Saya di Ruang Belajar

Setelah saya berbagi esai saya yang pertama terkait Komitmen Berkontribusi (1) pada bagian Deskripsi Diri dan Peran, dan Komitmen Berkontribusi (2) pada bagian Cara Mewujudkan, kali ini saya akan berbagi artikel ketiga terkait Penilaian Diri. Berikut esainya, semoga bermanfaat.

Penilaian Diri

Saya memiliki beberapa kelebihan. Pertama, saya memiliki komitmen tinggi untuk terus berkontribusi memajukan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) tercinta. Saya memilih berkontribusi lewat memajukan dunia pendidikan karena saya sadar bahwa investasi terbesar dalam memajukan suatu negara yaitu dengan cara meningkat Sumber Daya Manusia (SDM) dimana salah satu jalannya lewat pendidikan tinggi. Kedua, saya memiliki semangat berprestasi yang tinggi. Saat S1, saya beberapa kali menjadi juara perlombaan menulis, baik pada tingkat prodi, fakultas, universitas dan tingkat DIY dan Jawa Tengah. Saat ini pun ketika menjadi dosen saya terus berkompetisi dalam mengembangkan diri, semisal berusaha menjadi dosen terproduktif dan dosen tauladan meski kemudian belum terpilih, namun saya akan terus berusaha keras untuk meraihnya. Ketiga, saya adalah pribadi yang tekun, pantang menyerah, dan memiliki jiwa leadership. Saya sadar bahwa saya terlahir dari kampung dengan kemampuan seadanya, tapi dengan belajar sungguh-sungguh dan terus berusaha keras, saya bersyukur bisa menyelesaikan pendidikan tinggi sampai tingkat magister. Saya pun selalu turut andil dalam kegiatan memimpin beberapa organisasi untuk memberikan kontribusi yang lebih dan semakin melebatkan kebermanfaatan baik ketika di dalam negeri maupun ketika di luar negeri. 

Namun begitu, tentu saya masih memiliki kekurangan, seperti terkadang tiba-tiba bingung mau melakukan aktivitas apa atau tidak tahu harus memprioritaskan aktivitas yang mana. Maka untuk menutup kekurangan tersebut, saya selalu menuliskan secara terperinci agenda-agenda dan rencana kegiatan yang harus saya selesaikan dalam beberapa minggu dan bulan ke depan. Saya selalu membuat note rencana kegiatan pada telepon genggam, di laptop dan di Google Calendar sehingga dapat meminimalisir tiba-tiba bingung mau melakukan aktivitas apa dan aktivitas mana yang paling prioritas. Saya pun memberikan pin pada tiga group WA yang dimana saya menjadi ketua tim suatu aktivitas dan mendesak untuk diselesaikan, sehingga saya bisa menghandle kewajiban saya dengan terorganisir. 

Terkait pengalaman membanggakan, saya bangga bahwa saya bisa mengabdi untuk Indonesia lewat profesi yang memang saya sangat suka, yaitu dimulai dengan menjadi Pengajar Muda pada Gerakan Indonesia Mengajar dan kemudian menjadi dosen di perguruan tinggi. Saya merasa sangat senang, bersyukur dan bangga bahwa apa yang saya kerjakan bermanfaat untuk orang lain. Pengalaman membanggakan selanjutnya adalah saya mendapatkan beberapa beasiswa, seperti beasiswa LPDP untuk studi S2 ke luar negeri (The University of Adelaide), Beasiswa Djarum Plus dan Beasiswa Prestasi Daerah dan Kemenag secara bergantian untuk studi S1. Allah SWT telah membantu saya untuk bisa menempuh jenjang pendidikan tinggi lewat beberapa beasiswa tersebut dan saya sangat berterima kasih pada pemberi beasiswa tersebut. Pengalaman membanggakan yang lain adalah bahwa saya pernah menjadi juara satu sekali, juara dua sekali, juara tiga sekali dan beberapa kali finalis perlombaan menulis dimana kemudian menyadarkan saya bahwa untuk meraih kejuaraan butuh kerja keras dan ketekunan dalam hidup. Momen membanggakan yang lain adalah ketika saya menempuh pendidikan jenjang Madrasah Tsanawiyah dimana saya menjadi siswa teladan dan saat itu orang tua merasa sangat senang dengan prestasi saya tersebut. 

Pengalaman kurang membanggakan adalah dimana saya harus uninstall aplikasi WhatsApp selama enam bulan karena saya ingin fokus mempelajari IELTS untuk bisa lanjut S2 ke luar negeri. Di satu sisi saya ingin benar-benar sungguh-sungguh belajar agar bisa tercapai mimpi saya, namun saya harus mengorbankan diri untuk tidak aktif bermedia sosial dimana salah satunya seperti Group WhatsApp, dan saya sedikit terasing dengan teman-teman jauh sehingga biasanya saya memilih berkomunikasi lewat silaturahmi secara langsung atau lewat telepon untuk berkomunikasi dengan orang tua. Bersyukur sekali kemudian saya bisa melewati momen tersebut dengan lulus tes IELTS dan bisa kuliah S2 ke luar negeri. Sedangkan hal atau aktivitas yang pernah saya lakukan dan saya sesali adalah ketika saya sempat kecanduan main game di komputer selama hampir satu minggu waktu Sekolah Menengah Atas, yaitu sekitar tahun 2005. Selama hampir seminggu saya main game dan hanya berhenti untuk solat, buang air besar dan kecil, makan, dan mandi. Bersyukur sekali kemudian aktivitas tersebut menyadarkan saya bahwa ada banyak aktivitas yang lebih bermanfaat dibanding hanya menghabiskan waktu untuk bermain game. 

Komentar

Postingan Populer