Membongkar Misteri Sukses Entrepreneur


Judul Buku : The DNA of Success: Manfaatkan DNA Entrepreneurial untuk Keberhasilan Bisnis
Penulis : Thomas L. Harrison
Penerjemah : Mursid Widjanarko
Penerbit : Kaifa, Bandung
Cetakan : Pertama, 2008
Tebal : 391 halaman

Entrepreneur sebenarnya bukanlah fenomena baru dalam masyarakat kita. Jauh sebelum Reformasi Indonesia terjadi di pengujung abad ke-20, orang-orang Bugis di Sulawesi, atau orang Padang di Sumatra Barat, telah lama keluar dari kampung halamannya, merantau dan membangun usaha-usaha kecil sampai akhirnya tumbuh menjadi besar.

Di kalangan orang-orang Bugis, mereka diberi julukan saudagar, artinya orang dengan seribu akal. Berbeda dengan rata-rata orang Jawa yang lebih memilih profesi sebagai pamong praja, pegawai, dan birokrat, atau petani, orang-orang itu keluar dari sangkar comfort zone (suasana kenyamanan) keluarga besarnya dan bertarung di luar. Di Pulau Jawa, orang-orang pergi ke kota untuk menuntut ilmu, sedangkan orang-orang dari luar Pulau Jawa yang pergi merantau menyebut perjalannya untuk “mencari makan”; yang berarti “berusaha”.

Reformasi Indonesia yang mulai bergulir sejak 1998 dan diikuti oleh krisis ekonomi berkepanjangan telah mengubah pikiran banyak orang Indonesia. Pepatah lama, “kalau kepepet, orang bisa berdarah kreatif”, ternyata benar-benar terjadi saat itu. Orang-orang berdarah “pegawai” yang merasa tak memiliki bakat bisnis sama sekali tiba-tiba berubah menjadi enterpreneur karena kepepet. Mereka benar-benar kehilangan pekerjaan dan kesulitan mendapat posisi baru. Dari keterdesakan itulah mereka berubah.

Migrasi atau hijrah besar-besaran kaum pekerja itu telah mengilhami banyak orang bahwa hijrah profesi adalah hal yang memungkinkan. Lebih jauh, bahkan generasi-generasi di bawah kaum kepepet itu pun tiba-tiba terpanggil menjadi wirausaha. Sesederhana itukah?

Padahal, masih belum lepas dari ingatan kita ada pertanyaan yang diajukan berulang-ulang pada awal abad ke-21, yaitu apakah wirausaha itu dilahirkan atau dipelajari? Banyak orang di Pulau Jawa mengatakan bahwa entrepreneur itu dilahirkan. “Karena bukan keturunan Cina, saya tidak bisa berbisnis,” demikian komentar-komentar yang sering kita dengar pada saat-saat itu.

Belakangan, dengan perkembangan ilmu genetika, kita bisa menjelaskan apa saja yang dibawa sejak lahir dan apa saja yang dapat kita ubah. Sejak “rahasia” alam itu berhasil diungkap, manusia terus membongkar mitos-mitos yang membelenggunya. Unsur-unsur pembawa sifat keturunan yang dikenal dengan istilah DNA sekarang, telah menyatu dalam studi, dan dikenal dengan sebutan genom.

Bukan hanya itu, ilmu ini pun telah bercabang dua, yaitu genetika biologi (biological genetics) dan genetika perilaku (behavioral genetics). Yang pertama menjelaskan unsur-unsur pembawa sifat yang tetap, terutama menyangkut hal-hal yang bersifat fisik serta berkembang dalam biologi dan ilmu pengobatan. Sedangkan yang kedua menyangkut hal-hal yang dapat dipelajari dan diubah oleh manusia.

Kazuo Murakami, peneliti keturunan Jepang, melakukan studi di Amerika Serikat dan turut membongkar misteri yang belakangan disebut behavioral genetics. Lewat bukunya yang berjudul The Divine Message of the DNA (Mizan, 2007), Murakami menjelaskan bahwa kita memiliki mekanisme “on-off”-seperti saklar-pada DNA kita.

Begitu juga penulis buku ini, Thomas L. Harrison setelah melakukan penelitian dan menghubungkan dengan studi-studi terbaru dalam bidang genetika, Harrison berkesimpulan bahwa gen kita telah mengatur banyak hal yang membuat wujud kita sama, tetap, tak berubah. Dengan kata lain, mekanisme DNA telah mengatur kita sedemikian rupa, dalam suatu keteraturan. Singkatnya, kita tak akan menjadi seekor sapi bila kita makan daging sapi terus-menerus. Akan tetapi, akal sehat mengatakan, kita bisa saja berpikir seperti sapi apabila kita bergaul dengan sapi terus-menerus.

Buku ini memberikan kepada kita gambaran dan petunjuk seperti yang diberikan Murakami bahwa kita pun dapat menjadi wirausaha yang hebat. Murakami (2007) mengatakan bahwa ada 3 faktor yang bisa membawa manusia berubah, yaitu kapasitas bakat (talenta) atau keping informasi yang tidak terbatas pada gen kita, lingkungan kita, dan cara kita berpikir.

Sedangkan Harrison dalam buku ini menekankan cara berpikir yang dia sebut OCEAN, yaitu; Opennes to new experience; keterbukaan pada pengalaman hidup, Conscientiousness; kehati-hatian, Extrovertness; ekstrover, Agreeableness; penerimaan, Neurotism; pengendalian emosional.

Setidaknya buku ini menggunakan contoh dari dunia nyata dan penemuan ilmiah mutakhir tentang hubungan antara genetika, biologi, dan psikoligi. Dengan itu, buku ini menunjukkan bagaimana sukses dalam karier, bisnis, dan kehidupan sering bergantung pada pemanfaatan naluri untuk berkembang dan menyesuaikan diri pada lingkungan yang terus berubah.

Komentar

Postingan Populer