Bahaya Sindroma Bawah Sadar
Judul Buku : Methods in
Behavioral Risearch
Penulis : Paul C. Cozby
Penerbit : Pustaka Pelajar
Cetakan : Pertama, Februari 2009
Tebal : xvii + 629 halaman
Bergonjang-ganjing akhir-akhir ini telah menjadi kebiasaan yang melanda
segenap lapisan masyarakat.Hampir tidak ada setu tema pun yang lepas dari
kebiasaan itu.
Mencermati maraknya kebiasaan seperti itu, menarik untuk kita apresiasi
kehadiran buku Methods in Behavior Research. Paul C Cozby,penulis buku tersebut,
menyatakan antara lain bahwa dalam diri manusia, baik selaku individu, kelompok,
ataupun organisasi, pada momen-momen tertentu siklus kehidupannya dapat
dihinggapi sindroma yang lazim disebut sebagai self defeating behavior.
Sindrom alam bawah sadar ini ditandai oleh kecenderungan atau dorongan
untuk berperilaku destruktif berupa menikmati perasaan kegembiraan yang teramat
sangat ketika berhasil menggagalkan langkah prestatif orang lain ataupun
mengabaikan terciptanya suatu momentum problem solving yang melintas di
hadapannya.
Dorongan seperti ini, menurut Cozby,biasanya muncul dan menghinggapi
kelompok manusia yang pernah mengalami periode sukses berkelebihan (over-success)
di rentang perjalanan kehidupan masa lalunya. Mereka itu, karena terbiasa
memperoleh kesuksesan secara mudah dan instan sifatnya, acap kali menyepelekan
keseriusan bekerja tatkala berupaya memecahkan beragam permasalahan yang harus
dihadapinya.
Kecenderungan berperilaku seperti itu, jika tidak cepat disadari,dikhawatirkan
hanya akan menimbulkan dampak kerugian yang serius bagi keberlangsungan
aktivitas dan kinerja individu,kelompok, maupun organisasi. Apabila kita
mencermati perilaku berorganisasi di berbagai masyarakat,akan tampak jelas
bahwa belakangan ini perilaku seperti itu ternyata banyak sekali ditampilkan di
muka publik,terutama sekali di kalangan para elite.
Membiarkan saja perilaku yang demikian tumbuh subur secara kolosal tentu
akan membawa akibat fatal, terutama di zaman serbakrisis. Untuk mencegah
kecenderungan berperilaku self defeating behavior tersebut, menurut Cozby, diperlukan
proses penyadaran kognitif, baik secara individual maupun kolektif,secara
sungguhsungguh dan berkesinambungan. Upaya melacak akar terbentuknya self
defeating behavior,suatu keniscayaan.
Di Indonesia, perilaku seperti itu dimulai sejak 36 tahun lalu,pada era
Orde Baru. Anak bangsa dikondisikan untuk hidup dalam kemunafikan dan
inkonsistensi sehingga kehilangan kejujuran yang berujung pada hilangnya
kemampuan bernalar.Semua fenomena ini secara telanjang tercermin pada gaya
berbahasa yang lazim dipergunakan secara populer di kalangan birokrat,pers, militer,
agamawan, dan bahkan di kalangan para akademisi yang terpaksa melahirkan
makalah-makalah ilmiah.
Contoh kecil yang paling mudah diingat, misalnya, diubahnya istilah
kelaparan menjadi kekurangan gizi. Dampak paling mengenaskan dari perilaku self
defeating behavior ini yakni berupa kepicikan dan kekerdilan berpikir. Akan
muncul sikap dan anggapan bahwa diri, kelompok, ataupun organisasinya sendiri
sebagai pihak yang paling benar.
Orde Baru setidaknya telahmenciptakan suasanakehidupansepertiitu. Selama
kurun waktu 30 tahun rasa paling benar sendiri nyata-nyata dipraktikkan oleh
rezim pemerintahan otoriter melalui mekanisme komunikasi satu arah. Dialog-dialog
satu arah menegaskan sikap superioritas pemerintah terhadap kelompok masyarakat.
Akibatnya, secara tidak sadar masyarakat dibiasakan untuk berperilaku superior
terhadap yang lainnya.
Buku Methods in Behavioral Research sangat relevan dengan kondisi sekarang.
Di tengah kondisi multikrisis–– utamanya krisis mental anak bangsa––buku ini
menawarkan langkah pencegahan. Langkah yang ditawarkan buku ini di antaranya
melalui program-program yang bisa menumbuhkembangkan kebiasaan berkata secara
jujur, apa adanya, tanpa perlu merasa sungkan.
Namun untuk menumbuhkan sikap kejujuran dibutuhkan keberanian baik
secara individu, kelompok, ataupun organisasi.Tanpa keberanian untuk membangun
kebiasaan berterus terang dan menyebarkan virus kejujuran berbahasa dalam
mengutarakan suatu pemikiran, sepandai apapun kita sebagai bangsa, akhirnya
tidak akan berhasil mencegah krisis mental ataupun krisis multidimensi lainnya.
Komentar