Gebyar Potensi dan Bakat di Taman Budaya


Bapak Suyanto Sedang Memberikan Sambutan
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan Nasional, Suyanto Ph.D menegaskan agar masyarakat terutama para orang tua bersemangat dan penuh optimis menyekolahkan anaknya, penyandang ketunaan atau yang biasa di kenal dengan anak berkebutuhan khusus. Menurutnya, setiap anak yang memiliki keterbatasan, juga memiliki kelebihan yang tidak dimiliki orang lain. Siapapun bisa berkarya, tanpa melihat keterbatasan yang dimiliki, tidak terkecuali bagi para penyandang ketunaan. Itulah pesan Suyanto pada sambutan penutupan Gebyar Potensi dan Bakat PK-LK Dikdas Nasional 2011 pada Jumat, 14 Oktober 2011 di Taman Budaya Yogyakarta (TBY).

Terkadang masyarakat umum, memandang kecacatan, seperti anak tunalaras, tunaganda, tunanetra, tunarungu, tunadaksa, tunagrahita, dan lain-lain, sebagai penghalang untuk berbuat sesuatu. Namun hal itu dapat dipatahkan oleh prestasi dan kemahiran dalam keterampilan pada anak-anak penyandang ketunaan atau Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Setidaknya pada acara malam penutupan ini, yang sudah berlangsung selama empat hari, banyak dari kalangan ABK yang memiliki bakat tinggi dan mampu ditampilkan, dengan memperebutkan banyak piala perlombaan, diantaranya Lomba Tari Tradisional, Desain Grafis, Cerdas Cermat MIPA, Pidato Bahasa Inggris, dan Penelitian Iptek, juga memperebutkan juara perlombaan Manajemen Sentra PK-LK dan Lomba Pameran Stand yang diikuti oleh 33 propinsi yang tersebar di seluruh Indonesia. Juara umum, adalah propinsi Jawa Tengah sebagai propinsi yang paling banyak menyabet piala penghargaan.

Piala Penghargaan Bagi Pemenang Lomba
“Seringkali mereka menjadi siswa kelas dua dalan prioritas pendidikan. Bahkan sebagian orang sepertinya alergi jika anak mereka harus duduk di kelas yang sama dengan penyandang cacat. Selain itu banyak orang tua yang malu memiliki anak cacat, maka diantara tujuan diakannya even tersebut, antara lain agar mendekatkan ABK kepada lingkungan masyarakat umum dengan prestasi yang mereka miliki. Sehingga melalui penyelenggaraan tersebut nantinya akan membiasakan keberadaan ABK diantara anak normal. Sangat cocok kemudian dengan diadakannya pendidikan inklusif dimana ABK disekolahkan bersamaan dengan anak normal,” ungkap Suyanto.

Suyanto berharap, lambat-laun masyarakat bisa menerima keberadaan SLB serta bagi orang tua tidak segan lagi untuk menyekolahkan anak mereka yang cacat ke SLB, karena dari kekurangan mereka pastilah masih ada hal yang bisa dikembangkan. Adanya pendidikan inklusif menjadi pendekatan yang strategis untuk mencapai pendidikan untuk semua. Pendidikan ini, menjadi isu utama di kawasan Asia Pasifik karena adanya berbagai macam perbedaan dan semakin menguatnya proses demokratisasi termasuk berkembangnya populasi anak di belahan pelosok. Indonesia menjadi laboratorium hidup pendidikan inklusif. Hal ini dilatar belakangi oleh keragaman budaya, bahasa, agama, serta kondisi alam yang terfragmentasi secara geologis dan geografis.

Diantara ABK yang Memenangi Perlombaan
Karena jika kita perhatikan, Indonesia merupakan kepulauan yang terbesar di belahan dunia, yaitu lebih dari 17.500 pulau yang terbentang dan tersebar mulai dari Sabang hingga Merauke yang berupa daratan meliputi pulau-pulau besar dan kecil. Sehingga paling menarik untuk menghadapi permasalahan dan tantangan pendidikan iklusif. Untuk menjawab permasalahan tersebut pemerintah punya tekad kuat untuk menuntaskan wajib belajar sembilan tahun pada tahun 2008. Karena hal itu merupakan sikap dan komitmen politik sekaligus kepedulian terhadap bangsa Indonesia.

Apa Peran yang Bisa Kita Lakukan?
Sebenarnya, kita sudah banyak terinspirasi oleh penyandang ketunaan yang memiliki prestasi tinggi, bahkan sampai pada tingkat Internasional. Kita harus memberikan pelayanan bagi anak berkebutuhan khusus bukan dilihat dari segi belas kasihan, namun mereka perlu diberikan kesempatan yang sama dengan orang umum agar mereka menunjukkan talenta sebenarnya. Mendidik ABK bukan hanya memberikan keterampilan tapi mengangkat mereka agar setara dengan anak-anak yang lain.

Persembahan Tari dari SMP I Kasean Bantul
Pemerintah melalui Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa terhadap program PK-PLK (Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus) memberikan bantuan berupa modal kecakapan hidup. Dari sini diharapkan mereka bukan hanya menjadi insan yang terampil, tapi dapat mandiri dan bersaing di masyarakat. Tentu saja pendidikan dan keterampilan tersebut harus terus diintegrasikan dan dikembangkan. Apabila PK-PLK dianggap sebagai pendidikan untuk membangun martabat, maka PL-PLK tidak boleh dilakukan secara konvensional. Tapi PLK mesti menjadi suatu bagian dari upaya meningkatkan martabat bangsa, sehingga sensitivitas terhadap perkembangan Iptek dan Industri menjadi suatu pertimbangan dalam kurikulum PK-PLK.

Peserta Lomba Stand PK-PLK dari Sulteng
Bagi masyarakat terutama orang tua, termasuk para mahasiswa berprestasi seperti Beswan Djarum sendiri, bahwa ABK menjadi tanggung jawab kita bersama. Program PK-PLK tidak mengenal diskriminasi, karena mereka memiliki hak yang sama dan tidak boleh satupun sekolah baik sekolah umum yang melarang mereka untuk masuk sekolah. Bahkan Tuhan pun tidak melihat mereka dari kelainan fisik tapi dilihat dari bagaimana tingkat keberilmuan dan ketakwaannya. ABK berhak mendapatkan pekerjaan dan berprofesi, berhak untuk memelihara kesehatan dan fisiknya yang baik, berhak untuk hidup mandiri dan berhak untuk mendapatkan kasih sayang.

Semua itu tergambar dalam pusi Allan Zefo Umboh, Sang seniman dari Manado yang dibawa pada even ini dengan judul Aku Juga Harapan Bangsa.
“Siapa bilang aku tak punya hari esok yang cerah…?
Siapa bilang aku ini tak bisa berbuat apa-apa…?
Katanya aku ini tak ada yang bisa dibanggakan
Katanya ini hanya sebuah lelucon bagi mereka yang berakal
Karna aku ini hanya seorang penyandang cacat kata mereka…
Eiiissssssss…Tunggu dulu…
Aku dengan kalian memang beda
Aku diciptakan Tuhan dengan berbagai kekurangan
Sedangkan kalian dapat beridiri tegak berbicara
Dan bisa mendengar
Tapi kita satu dalam kandungan Ibu Pertiwi
Kalian Indonesia…Aku juga Indonesia…
Kalian generasi muda Indonesia…
Aku juga generasi Muda Indonesia…
Kalian bisa berkarya bagi Indonesia…
Aku juga bisa berkarya bagi Indonesia…
Kita sama bukan….???
Cuma fisik kita yang berbeda…
Kita sama-sama warga Negara Indonesia
Kita sama-sama berhak bersekolah
Kita sama-sama penerus bangsa Indonesia
Karna aku juga harapan bangsa Indonesia”.

Akhirnya, pendidikan Inklusi, sebagai bentuk pendidikan yang didasari semangat terbuka untuk merangkul semua kalangan dalam pendidikan. Pendidikan inklusi merupakan implementaasi pendidikan yang berwawasan multikultural yang dapat membantu peserta didik mengerti, menerima, serta menghargai orang lain yang berbeda suku, budaya, nilai, kepribadian, dan keberfungsian fisik maupun psikologis. Kita harus memiliki apresiasi yang bagus terhadap berlangsungnya pendidikan inklusi. Terlebih lagi apabila kita bisa secara praktis dapat membantu ABK dalam proses pembelajaran di sekolah.

Komentar

Postingan Populer