Taman Sari; Bukan Sekadar Tempat Rekreasi
Menuju Taman Sari |
Jika kita melihat sejarah suatu bangsa, atau suatu kerajaan beserta raja-rajanya
yang berkuasa, maka akan kita kenal tentang sejarah perjalanan bangsa itu sejak
bagian permulaannya hingga masa-masa suram dan masa kehancurannya. Segala
sesuatunya itu kebanyakan hanyalah berupa suatu cerita. Sehingga tanpa cerita
seseorang atau penulisan seseorang, generasi berikutnya akan tidak mengenalnya
dengan jelas.
Tetapi untunglah, bahwa dari hasil budaya bangsa atau kerajaan yang
berkuasa semasa itu, dapatlah terwujudkan suatu peninggalan budaya bangsa, baik
yang berupa tulisan, bangunan istana, bangunan makam, bangunan tempat pemujaan
dan sebagainya, yang pada kemudian harinya dapat dinikmati atau dikenal secara
nyata nilai budayanya oleh generasi-generasi berikutnya. Dengan tanpa cerita generasi-generasi
berikutnya telah dapat meyakini keagungan masa silamnya.
Demikian pula halnya dengan bangsa Indonesia. Semasa kerajaan Mataram Hindu
misalnya, mewariskan hasil budaya yang berupa bangunan-bangunan candi. Bangunan-bangunan
macam ini merupakan suatu bangunan peringatan untuk mengenang masa lampau, yang
sering biasa disebut monumen. Monumen-monumen ini besar sekali artinya bagi
generasi berikutnya. Hal ini berlaku pula pada jaman-jaman kerajaan. Jaman
kerajaan Pajang misalnya, kita telah sama sekali tidak mendapatkan peninggalan
apapun. Hal ini terjadi akibat tidak adanya apresiasi dari kerajaan Mataram
semasa itu yang kemudian memusnahkan sama sekali bekas istana Pajang.
Di sini akan saya bicarakan suatu bangunan monumen dari permulaan jaman
kerajaan Ngayogyakarta, yang didirikan oleh Sri Sultan HB I dan yang kemudian
dilanjutkan penyelesaiannya oleh Sri Sultan HB II. Bangunan itu adalah bangunan
Istana Air yang diberi nama Pesanggarahan Taman Sari.
Di depan Pintu Masuk Utama |
Peninggalan Pesanggarahan Taman Sari, tidaklah merupakan bangunan yang
dikagumi dan pantas dilihat oleh orang-orang daerah sekitarnya, tetapi
merupakan pula bangunan yang pantas untuk dunia internasional. Oleh karenanya, maka
pengunjung peninggalan Pesanggrahan Taman Sari, tidaklah hanya dari dalam
negeri, tetapi juga para wisatawan luar negeri banyak pula yang mengambil
kesempatannya untuk berkunjung ke sini. Dan bukanlah hanya sejak adanya
penggalakan dunia pariwisata dewasa ini, tetapi sudah sejak jaman sebelum
kemerdekaan daya tarik bangunan Pesanggrahan Taman Sari sudah tersebar di
wilayah Eropa Barat.
Mengingat hal itu, maka kita sebagai pewaris hasil budaya bangsa, berkewajiban
untuk mengenal, merawat dan menjaga keselamatan peninggalan bangunan yang tidak
kecil artinya bagi kita bangsa Indonesia.
Pesanggrahan Taman Sari
Pada dasarnya bangunan Pesanggrahan Taman Sari adalah suatu tempat untuk
bercengkerama, untuk tempat rekreasi. Tetapi apabila diteliti dengan seksama
perwujudan Pesanggrahan Taman Sari itu tidak meninggalkan ungkapan Bahasa Jawa
yang berbunyi “Sajroning among suka, tan tinggal duga ian prayoga” (sewaktu
orang bersuka ria, seyogyanya tidak boleh lengah akan datangnya mara bahaya, jadi
harus selalu waspada). Sebab seperti kita ketahui bersuka ria yang tidak
terbatas, akan menimbulkan suatu kesusahan.
Kolam Renang Taman Sari |
Apabila bangunan Pesanggrahan Taman Sari sebagai suatu bangunan untuk
tempat menghibur hati, dapatlah kita saksikan pada bangunan-bangunan yang ada
seperti lorong-lorong dengan taman-taman bunga, kolam pemandian yang begitu
lebar dan tidak begitu dalam, dengan hiasan pohon bunga disekelilingnya, dan
lain sebagainya.
Tetapi apabila kita melihat atau memperhatikan pada bangunan Pesanggrahan
Taman Sari, kiranya bangunan ini tidaklah hanya untuk bersenang-senang saja, hal
ini dapat kita ketahui dengan adanya bangunan “urung-urung” atau jalan bawah
tanah yang cukup banyak, adanya bangunan Pulo Cemethi yang berfungsi untuk
tempat peninjauan bila ada musuh datang, jembatan gantung dan lain sebagainya. Maka
jelas, bahwa bangunan ini tidaklah semata-mata hanya untuk bercengkerama saja.
Dari adanya bangunan-bangunan ini dapatlah kita ketahui bahwa diwaktu Sri
Sultan bersuka ria, beliau Sri Sultan HB I yang lebih dikenal dengan nama
Pangeran Mangkubumi, selalu tidak meninggalkan, bahwa beliau sungguh seorang
panglima perang yang tidak pernah meninggalkan sifat keparajuritannya.
Diceritakan bahwa setelah bangunan Pesanggrahan Taman Sari selesai
dikerjakan, Sri Sultan sangat berkenan di hati, bahkan dapatlah dikatakan bahwa
Sri Sultan seperti ber-istana di Pesanggrahan Taman Sari. Karena itu masyarakat
juga mengenal bangunan Pesanggrahan Taman Sari dengan nama Istana Taman Sari, yang
istilah asingnya disebut Water Kasteel (Istana Air). Bila Sri Sultan berkenan
berada di Pesanggrahan Taman Sari sering sampai berlangsung selama 2 atau 3
bulan. Setelah kembali ke Keraton selama 1 bulan, kemudian beliau kembali lagi
ke Pesanggrahan Taman Sari, demikianlah berlaku seterusnya. Jadi dari hal ini
nampak sekali bahwa Sri Sultan sangat berkenan dengan dibangunnya Pesanggrahan
Taman Sari.
Apabila Sri Sultan berada di Pesanggrahan Taman Sari beliau selalu bersama
permaisuri serta para putra-putri bahkan para saudara dan abdidalem. Tata
tertib dalam Pesanggrahan Taman Sari pun tidak jauh berbeda dengan tata tertib
yang berlaku di Kraton. Dalam Pesanggrahan Taman Sari para abdi dalem putra
maupun putri yang mengikuti bercengkerama segala tugas kewajibannya masing-masing,
ada yang mengerjakan membuat pakaian, membatik, menjahit, dan lain sebagainya.
Lorong Bawah Tanah |
Demikian juga pada pintu-pintu gerbang, juga dijaga oleh abdidalem prajurit,
seperti layaknya Kraton. Para abdidalem “panewu mantri” juga diwajibkan
menjalankan caos secara bergilir seperti di Kraton. Di antara para abdi dalem
ada pula yang diserahi pekerjaan membuat meriam, peluru, tombak, pedang dan
lain sebagainya.
Selain itu, Pesanggrahan Taman Sari dipergunakan pula untuk berbagai macam
kegiatan kerawitan serta tari menari, berekreasi di air, mandi dan berenang, naik
perahu dan sebagainya. Dan bila sore hari sering Sri Sultan berkenan pula
bercengkerama menghibur hati, memetik bunga-bunga, memetik buah-buahan, diiringkan
oleh para abdidalem putra dan putri.
Dengan demikian, maka sangat tepat atau sesuai apabila bangunan Taman
Sari itu diberi nama bangunan Pesanggrahan. Ialah tempat untuk bercengkerama
dalam waktu yang cukup singkat ataupun cukup lama, sehingga merupakan bangunan
tempat tinggal atau istana. Itulah fungsi bangunan Pesanggrahan Taman Sari di
lingkungan Kraton Ngayongyakarta Hadiningrat.
Komentar