Memaknai Keluhuran dari Pesona Candi Prambanan
Gerbang masuk menuju Candi Prambanan |
Sahabat pembaca yang budiman, dua hari kemarin Sabtu 1 Oktober 2011 saya
melakukan perjalanan Wisata Seni Budaya ke komplek Candi Prambanan. Melihat
hasil karya manusia yang satu ini betapa kita akan sangat terkagum-kagum akan
kecanggihannya, tidak salah apabila candi ini disebut-sebut oleh masyarakat
dunia sebagai salah satu dari keajaiban dunia. Saya harap dari kalian sudah
pernah berkunjung ke tempat yang sangat mempesona ini. Bagi yang belum pernah
datang, ada baiknya pembaca sekalian membaca tulisan ini sampai selesai.
Candi Prambanan adalah nama lain dari Candi Loro Jonggrang, terletak persis
di perbatasan propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan propinsi Jawa Tengah, kurang
lebih 17 km ke arah timur dari kota Yogyakarta atau kurang lebih 35 km di
sebelah barat kota Solo. Komplek Percandian Prambanan masuk ke dalam dua
wilayah, yaitu komplek bagian barat masuk Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
dan bagian timur masuk wilayah propinsi Jawa Tengah.
Gugusan candi ini dinamakan Prambanan karena terletak di daerah Prambanan. Nama
Loro Jonggrang berkaitan dengan legenda yang menceritakan tentang seorang dara yang
jonggrang atau gadis jangkung putri Prabu Boko. Candi Prambanan adalah
kelompok percandian Hindu yang dibangun oleh raja-raja Dinasti Sanjaya pada
abad IX. Ditemukannya tulisan nama Pikatan pada candi tersebut menimbulkan
pendapat bahwa candi ini dibangun oleh Rakai Pikatan yang kemudian diselesaikan
oleh Rakai Balitung berdasarkan prasasti berangka.
Nurul berpose di depan Candi Prambanan |
Prasasti Siwagraha sebagai manifest politik untuk meneguhkan
kedudukannya sebagai raja yang besar. Terjadinya perpindahan pusat kerajaaan
Mataram ke Jawa Timur berakibat tidak terawatnya candi-candi di daerah ini
ditambah meletusnya Gunung Merapi dahulu kala, menjadikan Candi Prambanan
runtuh tinggal puing-puing batu yang beserakan. Itulah keadaan pada saat penemuan
kembali Candi Prambanan.
Usaha pemugaran yang dilaksanakan pemerintah Hindia Belanda berjalan
sangat lamban dan akhirnya pekerjaan pemugaran yang sangat berharga itu
diselesaikan oleh bangsa Indonesia. Tanggal 20 Desember 1953 pemugaran candi
induk Loro Jonggrang secara resmi dinyatakan selesai oleh Sukarno sebagai
Pesiden Republik Indonesia pertama. Dialah presiden yang cukup revolusioner dan akan
selalu dikenang oleh sejarah.
Komplek percandian Prambanan terdiri atas latar bawah, latar tengah dan latar
atas yang semakin kearah dalam makin tinggi letaknya. Berturut turut luasnya 390
meter persegi. Latar bawah tak berisi apapun. Di dalam latar tengah terdapat
reruntuhan candi Perwara. Apabila seluruhnya telah selesai dipugar, maka akan
ada 224 buah candi yang ukurannya semua sama yaitu luas dasar 6 meter persegi
dan tingginya 14 meter.
Berpose di depan Candi Lumbung |
Latar pusat adalah latar terpenting diatasnya berdiri 16 buah candi besar
dan kecil. Candi-candi utama terdiri atas 2 deret yang saling berhadapan. Deret
pertama yaitu Candi Garuda. Pada ujung lorong yang memisahkan kedua deretan
candi tersebut terdapat candi apit. Delapan candi lainnya lebih kecil. Empat
diantaranya candi Kelir dan empat candi lainnya disebut candi Sudut.
Secara keseluruhan percandian di sini terdiri atas 240 candi. Ada candi
Siwa. Dinamakan candi Siwa karena didalamnya terdapat arca Siwa Mahadewa yang
merupakan arca terbesar. Bangunan ini dibagi atas 3 bagian secara vertikal kaki,
tubuh dan kepala. Kaki candi menggambarkan dunia bawah, terdapat manusia yang
masih meliputi hawa nafsu, tubuh candi menggambarkan dunia tengah, tempat
manusia yang telah meninggalkan keduniawian dan atas melukiskan dunia atas
tempat para dewa. Gambar kosmos nampak pula dengan adanya arca dewa-dewa dan
makhluk-mahkluk surgawi yang menggambarkan Gunung Mahameru tempat para dewa. Percandian
Prambanan merupakan replika gunung itu terbukti dengan adanya arca-arca dewa
Lokapala yang terpahat pada kaki candi Siwa. Empat pintu masuk pada candi itu
sesuai dengan keempat arah mata angin.
Berpose di Depan Candi Bubrah |
Pintu utama menghadap ke timur dengan tangga masuknya yang terbesar. Di
kanan-kirinya berdiri 2 arca raksasa penjaga dengan membawa gada yang merupakan
manifestasi dari Siwa. Di dalam candi terdapat 4 ruangan yang mengghadap
keempat arah mata angin dan mengelilingi ruangan terbesar yang ada di tengah-tengah.
Kamar terdepat Siwa Mahadewa ketiga kamar lainnya masing-masing berisi arca-arca
Siwa Maha Guru, Ganesha dan Durga. Dasar kaki candi dikelilingi selasar yang
dibatasi oleh pagar langka. Pada dinding langkan sebelah dalam terdapat relief
ceritera Ramayana yang terdapat diikuti dengan cara pradaksina mulai dari pintu
utama.
Hiasan pada dinding sebelah utara berupa kinari-kinari atau makhluk
bertubuh burung kepala manusia, kalamakara atau kepala raksasa yang lidahnya
berwujud sepasang mitologi dan makhluk surgawi lainnya. Atas candi bertingkat-tingkat
dengan susunan yang amat komplek dan puncaknya terdapat ratna terbesar.
Menurut ajaran Trimurti-Hindu, yang paling diharomati adalah Dewa Brahma
sebagai pencipta alam, kemudian Dewa Wisnu sebagai pemelihara alam dan Dewa
Siwa sebagai perusak alam. Tetapi di India maupun di Indonesia, Siwa adalah yang
paling terkenal. Di Jawa, ia dianggap yang tertinggi, karenanya ada yang
menghormatinya sebagai Mahadewa. Arca ini mempunyai tinggi 3 meter berdiri di atas landasan
batu setinggi 1 meter.
Berpose di Depan Candi Sewu |
Antara kaki arca dan landasannya terdapat batu budar berbentuk bunga
teratai. Arca ini menggambarkan raja Balitung, tanda-tanda sebagai Siwa adalah
tengkorak di atas bulan sabit pada mahkotanya, mata telinga pada dahinya, bertangan
4 berselempangan ular, kulit sandaran arcanya. Tangan-tangannya memegang kipas,
tasbih, tunas bunga teratai dan benda bulat sebagai benih alam semesta. Raja
Balitung dipandang sebagai penjelmaan Siwa sehingga setelah wafat dicandikan
sebagai Siwa oleh keturunan dan rakyatnya. Sedangkan arca siwa maha guru
berwujud seorang tua berjenggot yang berdiri dengan perut gendut. Tangan
kanannya memegang tasbih, tangan kiri memegang kendi dan bahunya terdapat kipas.
Semuanya adalah tanda-tanda seorang pertapa. Trisula yang terletak di sebelah
kanan belakannya menandakan senjata kahsa Siwa. Arca tersebut menggambarkan
seorang pendeta alam dalam istana Raja Balitung sekaligus seorang penasehat dan
guru. Karena besar jasanya dalam menyebarkan agama Hindu-Siwa, maka ia dianggap
sebagai salah satu aspek (bentuk) dari Siwa.
Arca ganesa berbentuk manusia kepala galah bertangan 4 yang sedang duduk
dengan perut gendut. Tangan-tangan belakannya memegang tasbih dan kampak
sedangkan tangan-tangan depannnya memegang patahan gadingnya sendiri dan sebuah
mangkuk. Ujung belalainya dimasukkan ke dalam mangkuk itu yang menggambarkan
bahwa ia tak pernah puas meneguk ilmu pengetahuan.
Ganesa memang menjadi lambang kebijaksanaan dan ilmu pengetahuan, penghalau
segala kesulitan. Pada mahkotanya terdapat tengkorak dan bulan sabit sebagai
tanda bahwa ia anak Siwa dan Uma, istrinya. Arca ini menggambarkan putera
mahkota sekaligus panglima perang Raja Balitung.
Pose di Depan Candri Prambanan |
Kemudian ada arca Durga atau Loro Jonggrang berwujud seorang wanita
bertangan 8 yang memegang beraneka ragam senjata, Cakra, Gada, anak panah, ekor
banteng, sankha, perisai, busur, panah dan rambut berkepala raksa Asura. Ia
berdiri diatas banteng Nandi dalam sikap tribangga. Banteng Nandi sebenarnya
penjelmaan dari Asura yagn menyamar Durga berhasil mengalahkannya dan
menginjakkannya sehingga dari mulutnya keluarlah Asura yang lalu ditangkapnya. Ia
adalah salah satu aspek dari sakti/istri Siwa. Menurut mitologi ia tercipta
dari lidah-lidah api yang keluar dari tubuh para dewa. Durga adalah Dewi
kematian, karenanya arca ini menghadap ke utara yang merupakan mata angin
kematian. Sebenarnya arca ini sangat indah bila dilihat dari kejauhan nampak
seperti hidup dan tersenyum.
Demikian beberapa keterangan seputar seluk beluk komplek Candi Prambanan. Begitu
banyak nilai-nilai keluhuran dalam tiap arca yang terdapat di tiap-tiap
sudutnya. Semoga para sahabat pembaca dapat mengambil hikmahnya sebagai bentuk
apresiasi terhadap budaya tanah air. Inilah salah satu cara mencintai seni
budaya indonesia, yaitu dengan cara memahami apa-apa yang terkandung dalam
setiap karya seni budaya yang ada lingkungan sekitar.
Komentar